• Latest News

    July 12, 2014

    Kisah Plato Dan Aristoteles Dalam Membentuk Pemerintahan Ideal


    Plato yang memiliki nama asli Aristokles ini merupakan keturunan keluarga aristokrat, lahir di Athena pada tahun 428 Masehi dari seorang Ayah bernama Ariston (bangsawan keturunan raja Kodrus) dan Ibu yang bernama Periktione (keturunan Solon). Plato memiliki Ayah tiri bernama Pyrilampes setelah Ibunya menikah lagi sepeninggal ayahnya saat Plato masih dalam usia dini. Pyrilampes adalah Paman Plato, seorang politikus yang sangat disegani di Athena karena kepemilikan hubungan yang dekat dengan pemimpin dan negarawan besar Athena yang baru saja meninggal (427 M), yakni Pericles (Rapar 2001, 38).

    Plato lahir ketika puncak kejayaan pemerintahan demokratis Athena yang berada di bawah pimpinan Pericles baru saja berlalu. Ia tumbuh dewasa ketika sedang berkobar perang Peloponesos yang disebabkan oleh perebutan kempemimpinan di Yunani Kuno antara Athena dan Sparta. Bagi Plato, kekalahan Athena itu merupakan akibat dari ketidakmampuan sistem demokratis untuk memenuhi kebutuhan rakyat di bidang politik, moral, dan spiritual (Rapar 2001, 38). 

    Itulah yang menyebabkan Plato begitu krtis terhadap demokrasi. Kekalahan Athena telah merangsang semangat Plato untuk menempuh karir politik, terlebih ketika itu terbentuk pemerintahan oligarkis aristokratis yang dikenal dengan nama “kelompok tiga puluh Tyrannoi”. Beberapa saudaranya yang berada dalam kelompok ini mengajak dan mendesak Plato untuk bergabung. Namun Plato menolak setelah ia segera menyaksikan bagaimana kelompok ini berubah menjadi pemerintah yang diktator, kejam, dan bengis yang sama sekali tidak sesuai dengan ajaran gurunya, Socrates.

    Socrates yang kala itu menjadi anggota panitia pengadilan terancam dihukum mati karena tidak menuruti keinginan kelompok ini. Sangat beruntung kelompok Tyrannoi ini segera disingkirkan dari pemerintahan Athena oleh kelompok demokratis yang semula memberi harapan baru, baik bagi Socrates maupun Plato. Dorongan menempuh karir di bidang politik Plato segera kandas kembali setelah gurunya Socrates dihukum mati oleh pemerintahan demokratis dengan tuduhan merusak kaum muda dan tidak mempercayai dewa-dewa yang diimani oleh negara. 

    Kematian Socrates seolah telah melenyapkan keinginan Plato untuk menekuni bidang politik hingga akhirnya dia melanjutkan hidup sebagai seorang filsuf. Kenyataan ini juga menyebabkan ia berpikir bahwa sistem pemerintahan negara akan menjadi baik manakala dipimpin seorang filsuf, yang dianggap bisa membebaskan rakyat dari kesengsaraan. Inilah yang kemudian sangat mempengaruhi pemikiran Plato dalam karyanya yang berjudul “Republic” (Rapar 2001, 40).

    Sedangkan Aristoteles merupakan murid Plato yang lahir di kota Stagira, sebuah perkampungan Yunani di Pantai Macedonia. Berbeda dengan Plato, Aristoteles berasal dari keluarga menengah, ayahnya Nichomacus adalah sahabat dan dokter keluarga Amyntas II, Raja Macedonia. 

    Sejak kecil Aristoteles diasuh dan dididik oleh ayahnya sendiri dalam bidang kedokteran dengan harapan agar ia dapat menggantikan kedudukan ayahnya di Macedonia, namun kemudian Ayahnya meninggal sebelum menamatkan pelajarannya (Rapar 2001, 139). Pada usia 18 tahun ia pergi ke Athena, belajar pada Plato selama lebih kurang dua puluh tahun lamanya. Setelah Plato meninggal, Aristoteles meninggalkan Athena, mengembara ke Asia kecil kemudian ke Macedonia menjadi guru Iskandar Zulkarnain (Basalin 2007, 28).

    Karya besarnya terdapat dalam bukunya yang berjudul “Politica”, sebenarnya buku ini bukanlah buku yang utuh karena ia belum selesai diterbitkan dan merupakan catatan-catatan yang digunakan Aristoteles untuk memberikan kuliah di sekolah yang bernama Lycum. Berbeda dari karya Plato “Republika”, “Politica” betapapun menjelaskan mengenai ide, namun lebih memperlihatkan kenyataan dan cara induksi memang lebih menonjol dari karya Aristoteles ini. Ia telah melakukan penelitian terhadap 158 konstitusi, yakni konstitusi Athena dengan menggunakan metode induksinya. 

    Menurutnya, negara merupakan suatu gabungan dari bagian-bagian, dan bagian-bagian ini, urutan besarnya adalah desa, keluarga serta individu. Manusia itu tak dapat hidup sendiri, mereka membentuk satuan dalam unit-unit kecil (keluarga) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kemudian keperluan yang lebih besar membentuk satuan berupa desa yang selanjutnya gabungan dari desa ini membentuk negara.

    Ref : berbagai sumber
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments
    Item Reviewed: Kisah Plato Dan Aristoteles Dalam Membentuk Pemerintahan Ideal Rating: 5 Reviewed By: BS
    Scroll to Top