Sebuah film epic berudurasi 1,5 jam ini, tentang mimpi besar, mimpi sederhana, dan pentingnya pendidikan. Ceritanya jalin-menjalin, dengan latar belakang pergolakan sejarah, kondisi sosial kemiskinan, dan keberanian mengambil pilihan hidup. Karakter remaja yang berwarna menjadi pijakan yang membentangkan semangat menyongsong masa depan. Setting waktu dan lokasi dibalut dalam sinematografi yang indah, membuat dramatik film ini begitu menyentuh dan bermakna.
Film Sepatu Dahlan besutan Benni Setiawan produksi Semestapro, Expose Pictures, & Mizan Productions dengan durasi 1,5 jam, hari ini 10 April 2014, diputar serentak di bioskop Tanah Air. Diangkat dari novel 'Sepatu Dahlan' yang ditulis oleh Khrisna Pabichara, lewat visual dan ilustrasi musik yang selaras, tanpa terkesan menggurui membuat film yang memotret secara dekat fragmen-fragmen tentang pelajaran hidup Dahlan semasa kecil, dapat menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Bukan sekedar tontonan, tapi juga tuntunan.
Walau tak terlalu mirip, film ini sama baiknya dengan apa yang digambarkan dalam novel tentang kisah masa lalu yang dialaminya, tutur lelaki yang kini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama Dahlan Iskan dengan terbata-bata. Dahlan Iskan bersama sang adik yang ikut menyaksikan film itu, seperti diajak kembali mengingat kemiskinan yang dirasakan orang tuanya dan umumnya masyarakat Kebon Dalem, sebuah desa kecil di Magetan.
Bukan saja Ia harus bertelanjang kaki melangkah puluhan kilometer untuk sampai disekolah, hingga tak jarang kakinya melepuh bahkan lecet. Tapi juga bagaimana ia dalam mengarungi hidup bersama adiknya, sering mengikatkan sarung dengan kecang di perutnya untuk menahan lapar, karena sarapan hanya dengan secangkir teh. Bahkan bagi Dahlan impian memakai sepatu timbul tenggelam diantara rasa lapar itu. Apalagi ketika ibunya yang sangat dicintai meninggal dunia, untuk memiliki sepatu pun sudah dikuburkan dalam-dalam.
Ada beberapa adegan yang membuat Dahlan Iskan dan juga adiknya membuatnya terisak. Yakni, Ia mengalami hal yang sama ketika saat Aji Santosa atau pemeran Dahlan semasa kecil dipukul tangannya karena melakukan sebuah kesalahan oleh ayahnya, yang diperankan oleh Donny Damara. Adegan kedua saat melihat ibunya yang diperankan oleh Kinaryosih jatuh ke lantai karena sakit. Dan adegan terakhir yang membuat ia menangis yakni ketika Dahlan harus menenangkan dan menghibur adiknya yang tengah kelaparan. Menurut dia, kejadian itu dulu kerap ia alami.
Sumber : musiclive.co.id