Banyaknya soal yang diralat dan tidak lengkap mewarnai keribetan pelaksanaan ujian nasional (UN) SMP hari pertama di sejumlah daerah kemarin. Akibat banyaknya soal yang direvisi itu, tidak sedikit siswa menangis karena khawatir tidak lulus.
Demikian laporan yang masuk ke posko pengaduan UN SMP yang didirikan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Menurut Sekjen FSGI Retno Listyarti, laporan pertama masuk pada pukul 07.50 WIB dari Bekasi, Jawa Barat, terkait soal mata pelajaran bahasa Indonesia.
''Soalnya banyak diralat dan dimasukkan ke amplop berbeda. Bagi FSGI, temuan itu menjadi catatan penting dan genting untuk dipertanggungjawabkan Mendikbud. Itu bukan sekadar teknis, melainkan prinsip,'' ujar Retno dalam keterangan persnya kemarin.
Selain itu, banyak juga siswa yang mendapatkan soalnya tidak lengkap. Sayangnya, pengawas tidak S bisa berbuat apa-apa. "Misalnya, antara barcode dan n soal berbeda. Di Bogor, dalam soal tidak ada no 38, p tetapi di lembar jawaban ada no 38. Ada juga siswa yang mendapatkan soal tidak ada no 13 dan 14, padahal di lembar jawaban ada. Siswa itu pun menangis," ujar Heru Purnomo, Ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ).
Sejumlah guru pengawas dan tiga kepala sekolah dari Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Jawa Barat, dan Banten juga melaporkan bahwa soal bahasa Indonesia terpisah dalam 2 amplop berbeda. Amplop pertama bersampul bersegel dan tanpa segel.
''Uniknya, ada surat instruksi kepada kepala sekolah untuk tidak membocorkan kondisi tersebut kepada pihak ketiga,'' ujar Fachrudin, Koordinator Posko Pengaduan FSGI.
Di sisi lain, pada pelaksanaan UN hari pertama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, menginspeksi secara mendadak beberapa sekolah di Kepulauan Seribu, yakni SMP Negeri 241 dan MTs 26.
sumber : mediaindonesia.com
